Apple dikenal sebagai salah satu produsen smartphone paling inovatif di dunia. Selama ini, iPhone diproduksi di China dengan dukungan rantai pasok yang efisien. Namun, belakangan muncul wacana bahwa Apple akan memindahkan sebagian produksinya ke Amerika Serikat (AS).
Meski terdengar seperti langkah strategis, banyak analis meragukan bahwa iPhone buatan AS bisa menyaingi kualitas “Made in China”. Mengapa demikian? Simak penjelasannya!
1. Rantai Pasok China Lebih Matang
China telah menjadi pusat manufaktur global selama puluhan tahun. Infrastruktur pendukung seperti pabrik komponen, logistik, dan tenaga kerja ahli sudah sangat mumpuni.
- Ketersediaan komponen: Hampir 90% suku cadang iPhone diproduksi di China atau negara sekitarnya seperti Vietnam dan India.
- Efisiensi produksi: Pabrik-pabrik di China mampu memproduksi jutaan unit dalam waktu singkat.
Jika produksi dipindahkan ke AS, Apple harus membangun rantai pasok dari nol, yang memakan waktu dan biaya besar.
2. Biaya Produksi di AS Lebih Tinggi
Tenaga kerja di AS jauh lebih mahal dibandingkan di China. Beberapa faktor yang memengaruhi:
- Upah minimum lebih tinggi
- Biaya transportasi dan logistik lebih besar
- Pajak dan regulasi yang ketat
Kenaikan biaya produksi bisa membuat harga iPhone melambung atau margin profit Apple menipis.
3. Tenaga Kerja China Lebih Berpengalaman
Pekerja di pabrik China seperti Foxconn telah bertahun-tahun memproduksi iPhone dengan presisi tinggi. Mereka terlatih dalam:
- Perakitan komponen kecil
- Quality control ketat
- Pemrosesan massal yang cepat
Sementara di AS, Apple harus melatih pekerja dari awal, yang berpotensi menurunkan kualitas produksi.
4. Risiko Keterlambatan Produksi
China memiliki ekosistem manufaktur yang terintegrasi. Jika ada masalah, pemasok bisa dengan cepat menyediakan solusi. Di AS, ketergantungan pada impor komponen bisa menyebabkan:
- Keterlambatan produksi
- Masalah stok komponen
- Ketidakstabilan kualitas
Hal ini dapat mengganggu pasokan iPhone ke pasar global.
5. China Memiliki Teknologi dan Infrastruktur yang Lebih Canggih
China tidak hanya unggul dalam tenaga kerja murah, tetapi juga dalam teknologi manufaktur. Banyak pabrik di China telah menggunakan:
- Robotik dan otomatisasi
- AI untuk quality control
- Sistem logistik berbasis big data
AS masih tertinggal dalam hal ini, terutama untuk produksi massal elektronik konsumen.